Selasa, 16 Januari 2024

cerpen

 



Nama : Nita Siti Rahayu

Kelas  : PGMI (Akselerasi)

Maktul : Bahasa Indonesia

KARMA DATANG DI WAKTU YANG TEPAT

            Hari itu matahari sangat terik tidak membuat kami putus semangat untuk menikmati semangkuk bakso yang pedas, kami bergegas turun dari mobil berjalan menuju penjual bakso yang ada di dalam komplek perumahan. Seperti hal yang lain kami memesan terlebih dahulu, sambil menunggu pesanan kami datang Aku, Kiran dan Zahwa mengobrol layaknya remaja yang lain.

Pesanan kami pun datang, tanpa ragu Zahwa dan Kiran menuangkan cabai yang sangat banyak ke dalam mangkok masing-masing tanpa peduli akibat yang akan terjadi nantinya, di tengah keasikan makan, “Ta, Ran aku ke toilet dulu ya..” Zahwa pergi ke toilet meninggalkan satu buah bakso kecil yang belum dimakan, Kiran yang melihat itu terpikir dengan ide jahilnya, ia memantau sekeliling melihat situasi aman atau tidak sehingga hal tak terduga, kini bakso yang Zahwa tinggalkan terancam keberadaanya.

Ketika Kiran memasukan bakso tersebut ke dalam mulutnya dari kejauhan terlihat Zahwa keluar  dari toilet, dengan terburu - buru menelan paksa bakso itu ukhu... Ukhu.. Kiran melambaikan tangan meminta pertolongan dengan cepat aku membantu Kiran yang tersedak itu dengan memukul punggung bagian atas dengan keras , tak lama bakso itu keluar dengan selamat, “ nih minum dulu Ran..”  “ gluk gluk gluk Alhamdulillah “ ucap Kiran sambil menghela nafas, tanpa berpikir panjang Kiran dengan buru- buru meletakan kembali bakso tersebut ke tempat asalnya dengan tanpa bersalah.

Zahwa pun datang "Ran kenapa wajah kamu merah..? " Sambil duduk dan melanjutkan memakan bakso terakhirnya itu. Aku yang melihat kejadian itu hanya bisa diam, kalau berbicara takut terjadinya peperangan antar sahabatku, “Ga papa aku tersedak kuah bakso ajah“, ucap Kiran." Mungkin Kiran akan menjelaskan dan meminta maaf pada Zahwa tapi tidak untuk saat ini..." Padahal wajahnya memerah itu akibat tersedak bakso kecil itu hahaha sangat memalukan."

Setelah selesai makan kami pun bergegas pulang tanpa lupa membayar. Setelah keluarnya dari ruangan yang penuh dengan udara panas itu, dengan santainya Kiran berbicara " Wa maaf ya tadi bakso kecil kamu itu main dulu dengan Aku, "  Dengan wajah bingung Zahwa berkata " Hah main, maksudnya gimana, mana ada baso main..?.. " Itu dia mampir dulu sebentar, Gue suruh masuk ga mau, padahal di dalem ada banyak temanya" " Awa tidak ngerti apa yang dimaksud Kiran. " Karena gereget, awa tidak mengerti yang dijelaskan, aku kasih penjelasan " Itu bakso kecil kesayangan kamu tinggal tadi, dia di culik sama Kiran, eh..  maksud di makan sama Kiran. " Ih orang bakso itu awa yang makan ko" . " Sebelum kamu keluar toilet Kiran main makan ajah itu bakso tanpa ijin sampai tersedak dan baksonya keluar dengan selamat kembali pada tempatnya" . " Ih jorok banget si Kiran, kalau udah masuk mulut  kamu dan jatuh itu jangan kembalikan ke mangkuk awa. " Tak lupa dengan linangan air mata yang sudah siap meluncur.

Aku dan Kiran menyusul Zahwa yang berjalan cepat " Wa maafin aku ya....." Kata Kiran sambil memasang wajah sedih. " Janji deh ga bakalan kaya gitu lagi, ya ya ya..... " Aku pun berkata " Kalau iseng itu liat situasi dan tempat ya... Coba bujuk lagi awanya.. " Kami pun mengejar lagi Zahwa yang

Di dalam mobil suasana sangat gerah, ku turunkan kaca mobil supaya panas ini cepat menghilang, di keheningan yang cukup lama terdengar isak tangis awa, " Kiran jahat banget... Hiks sudah masuk mobil hiks Bercandanya jangan keterlaluan dong... Hiks hiks  mana itu baksonya sudah masuk ke perut lagi hua..... " . " Sorry sorry aku janji ga bakal kaya gitu lagi.. Itu yang terakhir deh... Hehehe " .

Aku hanya geleng geleng kepala melihat tingkah laku mereka, hingga suara dari luar membuat kami menoleh berbarengan " Permisi..” “ jreng” suara gitar mulai dimainkan, “ Maaf mas…“ tapi dia tetap bernyanyi, “ maaf mas ga ada receh “.  “Oh… ga ada receh… “ sambil memasang wajah tidak percaya. “Mudah - mudahan kaka - kaka sekalian di berikan kesehatan dan rizki yang berlimpah, terima kasih…” pengemis itu pun pergi dengan wajah kecewa. kami pun tertawa bersama-sama karena aksi pengamen tersebut karena tidak  di kasih uang, suasana menjadi damai kembali akibat kejadian tersebut, tetapi kami bertiga tidak ada yang peduli untuk mendengarkan  lagunya atau sebatas memberinya uang,

Tidak lama kami pulang,  ditengah perjalanan tiba - tiba turun hujan deras sehingga memaksa kami untuk berkendara dengan pelan, udara dingin masuk menyelinap melalui sela-sela jendela mobil membuat kami nyaman, saking nyaman dengan perjalanan tak terasa hampir sampai ke rumah Kiran, karena rumah Kiran masuk dalam gang tidak bisa dilalui oleh mobil kami berhenti di samping jalan raya. “Yuk mampir dulu ke rumah..”. “ makasih, lain kali ajah ya …” kata ku sambil memberikan senyum. karena diluar masih hujan,  Kiran turun dari mobil dengan berlari tergesah gesah dari kejuhan terdapat sebuah motor yang berlaju kencang dari lawan arah , kiran yang tau tidak ada tempat untuk menjauh dari motor itu dengan sengaja menyeburkan diri ke parit yang cukup dalam. Kita yang belum pergi dari tadi lantas berteriak  “Astagfirullah Kiran ….” teriak kami berdua. aku bergegas turun membantu Kiran yang sudah basah kuyup dengan air yang kotor, “Yuk berdiri” aku memapah Kiran ke tempat yang aman dari hujan, sedangkan Zahwa memarkirkan mobilnya ke tempat yang lebih aman supaya tidak mengganggu lalu lintas.

“Ran kamu ga papa..? kenapa lompat ke parit ? terus ada yang luka ga ?” tanya ku kepada kiran “Tanyanya satu-satu dong” dengan nada marah , “Tadi aku lari, terus di lawan arah ada sepeda motor ngebut bangeut jadi reflek nyebyr deh dari pada ketabrak motor,...” sambil menahan rasa sakit di kakinya. “Makanya kalau rumah tuh yang gangnya yang besar “ ucap Zahwa sambil meledek. Ran ayo aku bantu sampai depan rumah yah tanggung basah bajunya “ Ujarku sambil memegang tangan Kiran. Aku dan Zahwa memapah Kiran sampai depan rumah.

Sampai di depan rumah ku ketuk pintu rumah, tok.. tok.. tok.. Assalamualaikum. tidak lama tante Ayu membuka pintu dan berteriak “Ya Allah …. kenapa ini bertiga pada hujan - hujanan gini ? nanti bisa sakit lo.” kami hanya saling memandang satu sama lain, “Maaf tante ini tadi Kiran jatuh ke parit di depan kayanya kakinya tidak sengaja menginjak sesuatu yang tajam jadi  bikin luka” jawab ku. “Ya udah nanti cek kakinya di dalam , masuk dulu ke dalam …”. Ujar tante Ayu, ”Makasih tante kita langsung pulang saja,  soal nya mamah udah nyuruh cepet pulang, soalnya hari sudah sore  …” ujar Zahwa. ”Ya udah hati-hati di jalan ya…. jangan kebut - kebutan….” . “Ran kita pulang dulu cepet sembuh itu kaki, tante kita pulang dulu ya …. Assalamualaikum…”. Kami pun meninggalkan pekarangan rumah Kiran untuk bergegas pulang bersama, dengan Zahwa mengantarkan ku terlebih dahulu ke rumah dengan selamat tanpa ada ada hambatan.

 

SELESAI 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Puisi 20

  Pemilu  Perebutan tahta sudah dimulai  Ruang ketenangan jiwa sudah disiapkan Kejujuran Panitia dipertaruhkan  Sebuah pilihan adalah harapa...